Kamis, 14 Agustus 2014

kapur barus

kapur barus yg berasal dari barus kota bertuah.

“Pohon kapur di Barus ini harus dipertahankan. Bila tidak, sejarah warisan dunia dari Tapteng akan hilang,” kata Yuzi, Selasa (3/7) sore lalu, saat berada di Kecamatan Barus sebelum bertolak ke Medan.

Kunjungan Mr.Yuzi Hamada ke Tapanuli Tengah tepatnya adalah untuk menggali sejarah Barus dan sekaligus persiapan pelaksanaan seminar sejarah se-Asia Pasifik di Hotel Danau Toba Medan, pada 12/7 – 14/7 2012 mendatang dengan mengangkat tema utama mengenai kapur Barus.

Maka untuk melihat dan mengenal langsung atau secara dekat pohon kapur Barus, Konjen Jepang Mr Yuzi Hamada harus berangkat ke Desa Siordang, Kecamatan Sirandorung dengan menempuhperjalanan sejauh 100 kilometer atau 3 jam perjalanan dari kota Pandan, Ibu Kota Kabupaten Tapteng.

Mr. Yuzi Hamada yang datang ke lokasi didampingi oleh Ketua SPSI Sumut Sugiyanto Situmeang, Kepala Dinas (Kadis) Parwisata dan Kebudayaan Tapteng Budiman Ginting, tokoh peninggalan Sejarah Barus Jahiruddin Pasaribu, warga Desa Aek Dakka, Kecamatan Barus.

Pantauan Aktual.co, saat berada di lokasi dan melihat pohon kapur Barus di kebun milik marga Sihombing, Mr. Yuzi yang dipandu tokoh Sejarah Barus Jahiruddin, Yuzi tampak terkagum – kagum melihat pohon kapur Barus tersebut. Pohon tersebut tumbuh tumbuh tinggi menjulang dengan diameter yang cukup besar.

“Pohon Kapur dengan kulit berwarna merah kehitaman merupakan tanaman langka yang pernah memasyhurkan Pulau Sumatera sejak ribuan tahun silam. Ini bagus, asli pohon kapur. Ternyata, pohon kapur Barus masih banyak tumbuh di wilayah Barus atau Tapteng ini, ” sebut Yuzi Hamada saat mengambil dan mencium getah pohon kapur tersebut.

Menurut Konjen Jepang untuk wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) mulai dari Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara (Sumut), dan Nanggroe Darussalam (NAD) ini, Kapur Barus selaku produk dari Tapteng ini telah dikenal diseantero dunia sejak jaman dahulu kala. Beberapa negara di dunia bahkan memproduksi Kapur Barus ini baik sebagai bahan peledak, pengawet mummi, bahan baku utama pembuatan parfum dan juga obat - obatan.

“Mesir memanfaatkan kapur  untuk pengawaet Mummi, India untuk obat - obatan dan parfum, sedangkan Yunani untuk bahan peledak,” papar Yuzi.

Dia juga mengatakan, Kapur Barus jauh lebih bagus dari kapur polly yang terdapat di pulau Kalimantan (Borneo) tepatnya di Brunai Darussalam. Atau dengan kata lain, pohon Kapur yang berasal dari Negara lain adalah tiruan.

“Kapur dari Brunai mungkin bibitnya yang diambil dari Barus, dibawa dan ditanam di Brunai, sehingga mutunya tidak dapat mengimbangi kapur dari Barus. Karena itu, pohon kapur yang ada di Tapteng harus dipelihara, dirawat, dan ditumbuh kembangkan karena ini adalah warisan sejarah dunia,” tukasnya.

Menurut ahli sejarah Barus sekaligus juru kunci Makam Sejarah Mahligai di Desa Aek Dakka, Kecamatan Barus dan Makam Papan Tinggi di Desa Pananggahan, Kecamatan Barus Utara, Jahiruddin Pasaribu, untuk mencari pohon kapur Barus dengan menjelajah di tengah hutan, tidak lahmudah tanpa ditemani oleh ahlinya yakni Paranormal yang dapat menentukan mana pohon yang mengandung Kapur Barus. Jika tidak, minimal orang tersebut baru bisa menemukannya 2 – 3 bulan.

Pada kesempatan itu, Jahiruddin membeberkan keberadaan dan pengambilan Kapur dari pohon Kapur Barus. Kapur Barus diambil dari dalam badan pohon berupa cairan minyak. Cairan minyak ini lah setelah dipanaskan akan membentuk Kristal Kapur Barus. 

“Pohon Kapur yang mengandung Kristal Kapur yang bagus, tergantung pada usianya. Semakin tua pohon kapur, minyak di dalam akan mengeras sehingga membentuk kapur yang lebih banyak dan makin bagus,”pungkasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar